Selesai dari perguruan tinggi, tibalah saat bagi saya untuk hidup mandiri dengan memenuhi segala biaya hidup dengan uang dan usaha sendiri. Mencoba meninggalkan kenikmatan hidup, fasilitas, serta biaya hidup yang saya peroleh sebelumnya dari kedua orang tua. Saat itu hidup terasa begitu nikmat karena tidak perlu bekerja dan berpikir mengenai biaya ini dan itu.
Namun, segalanya menjadi berbeda ketika saya mendapatkan gelar sarjana. Perasaan panik menyelimuti pikiran ini, berpikir bagaimana saya bisa mendapatkan pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan yang cukup.
Otak ini pun segera mencari akal untuk menemukan solusi yang terbaik. Wah tidak disangka-sangka, tak lama setelah hari kelulusan, saya akhirnya mendapatkan beberapa tawaran pekerjaan. Tanpa pikir panjang pun akhirnya saya segera menerima tawaran tersebut. Pekerjaan demi pekerjaan coba saya lakukan dengan tujuan agar segala keinginan dan kebutuhan hidup dapat terpenuhi seluruhnya.
Tanpa disadari, benak ini hanya dipenuhi dengan pikiran tentang uang, uang, uang, dan uang…!! Berpikir bahwa uang adalah solusi dari semua masalah kehidupan ini hingga berusaha keras mencari pekerjaan yang bisa memberikan uang dengan jumlah besar.
artikel
inspirasi
kezhia sirait
life
money
pandangan dunia
reflection
renungan
sirait
uang bukan segalanya
Tanpa disadari, benak ini hanya dipenuhi dengan pikiran tentang uang, uang, uang, dan uang…!! Berpikir bahwa uang adalah solusi dari semua masalah kehidupan ini hingga berusaha keras mencari pekerjaan yang bisa memberikan uang dengan jumlah besar.
Ketakutan akan hidup yang tidak nyaman, membuat saya menjadi pekerja keras yang tidak mengenal waktu. Setiap hari mulai dari pagi, siang hingga menjelang malam, saya penuhi dengan berbagai pekerjaan. Keinginan akan uang itu memberikan semangat yang berlebihan dalam diri saya hingga melupakan bahwa saya memiliki tubuh dan tenaga yang terbatas sebagai seorang manusia.
Sebagian besar dari kita juga mungkin memiliki kejadian yang hampir sama seperti cerita diatas. Tanpa disadari, uang telah menjadi Tuhan atas hidup kita. Melupakan Tuhan yang telah memberikan kehidupan bagi setiap kita, lupa bahwa semua pekerjaan yang menghasilkan uang itu adalah berkat dan anugrah dari Tuhan.Kita terlena dengan kenikmatan dunia hingga dengan mudah terbawa oleh arus dunia ini.
Pekerjaan berlebihan yang dikerjakan, bekerja tanpa mengenal waktu, fokus terhadap uang, dan sibuk dengan kenikmatan pribadi ternyata hanya mendatangkan berbagai tekanan dalam benak ini.Tekanan itu muncul karena saya selalu “terpatok” terhadap hal-hal yang saya harapkan terjadi, lupa bahwa terkadang fakta dan kenyataan dalam dunia ini seringkali diluar dugaan dan bahkan tak terduga sama sekali.
Salah satu kejadian tak terduga itu adalah saat saya terjatuh sakit dan harus menjalankan serangkaian operasi karena kurang memperhatikan kesehatan. Menghabiskan seluruh waktu yang ada dengan melakukan banyak pekerjaan, melupakan akan keterbatasan energi yang ada didalam diri ini. Ujung-ujungnya, uang yang saya dapatkan harus dihabiskan didalam sebuah rumah sakit. Menyesal sekali rasanya…
Melalui peristiwa tersebut, saya diajarkan dan belajar untuk menikmati apa yang ada dalam hidup namun tetap disertai dengan usaha terbaik dalam menjalani setiap kegiatan apapun sehingga mampu mendapatkan hasil yang maksimal.
Tidak perlu mengejar uang tetapi uang yang akan mengejar kita ketika kita mampu berperan menjadi pribadi yang maksimal, terbaik, serta produktif.
Hal terpenting lainnya yang menjadi pelajaran berharga adalah bagaimana mengatur dan menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana. Berusaha untuk mencapai impian itu tentu menjadi hal yang penting dan harus dilakukan sehingga memotivasi hidup kita namun saya belajar untuk tidak “terpatok” dengan impian itu hingga melewatkan hal-hal penting lainnya.
Orang yang memiliki materi atau uang melimpah tidak menjamin bahwa mereka adalah orang yang bahagia. Kenikmatan dan kebahagiaan tidak hanya diukur dari materi, semua tergantung dengan bagaimana pandangan kita untuk menikmati apa yang ada.
Sebagian besar dari kita juga mungkin memiliki kejadian yang hampir sama seperti cerita diatas. Tanpa disadari, uang telah menjadi Tuhan atas hidup kita. Melupakan Tuhan yang telah memberikan kehidupan bagi setiap kita, lupa bahwa semua pekerjaan yang menghasilkan uang itu adalah berkat dan anugrah dari Tuhan.Kita terlena dengan kenikmatan dunia hingga dengan mudah terbawa oleh arus dunia ini.
Pekerjaan berlebihan yang dikerjakan, bekerja tanpa mengenal waktu, fokus terhadap uang, dan sibuk dengan kenikmatan pribadi ternyata hanya mendatangkan berbagai tekanan dalam benak ini.Tekanan itu muncul karena saya selalu “terpatok” terhadap hal-hal yang saya harapkan terjadi, lupa bahwa terkadang fakta dan kenyataan dalam dunia ini seringkali diluar dugaan dan bahkan tak terduga sama sekali.
Salah satu kejadian tak terduga itu adalah saat saya terjatuh sakit dan harus menjalankan serangkaian operasi karena kurang memperhatikan kesehatan. Menghabiskan seluruh waktu yang ada dengan melakukan banyak pekerjaan, melupakan akan keterbatasan energi yang ada didalam diri ini. Ujung-ujungnya, uang yang saya dapatkan harus dihabiskan didalam sebuah rumah sakit. Menyesal sekali rasanya…
Melalui peristiwa tersebut, saya diajarkan dan belajar untuk menikmati apa yang ada dalam hidup namun tetap disertai dengan usaha terbaik dalam menjalani setiap kegiatan apapun sehingga mampu mendapatkan hasil yang maksimal.
Tidak perlu mengejar uang tetapi uang yang akan mengejar kita ketika kita mampu berperan menjadi pribadi yang maksimal, terbaik, serta produktif.
Hal terpenting lainnya yang menjadi pelajaran berharga adalah bagaimana mengatur dan menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana. Berusaha untuk mencapai impian itu tentu menjadi hal yang penting dan harus dilakukan sehingga memotivasi hidup kita namun saya belajar untuk tidak “terpatok” dengan impian itu hingga melewatkan hal-hal penting lainnya.
Orang yang memiliki materi atau uang melimpah tidak menjamin bahwa mereka adalah orang yang bahagia. Kenikmatan dan kebahagiaan tidak hanya diukur dari materi, semua tergantung dengan bagaimana pandangan kita untuk menikmati apa yang ada.
Menikmati apa yang ada juga bukan berarti sekedar duduk diam dan tidak melakukan usaha apapun juga, melainkan kita harus tetap berusaha melakukan yang terbaik dalam hal apapun sesuai kemampuan masing-masing dan akhirnya bisa MENIKMATI HASIL DARI USAHA tersebut.